GAMBARAN HARGA DIRI PADA PENAMPIL TATUNG DI SINGKAWANG BERDASARKAN TEORI ROSENBERG
Kata Kunci:
Harga Diri, Penampil Tatung, Dewasa AwalAbstrak
Singkawang, kota di Kalimantan Barat, dikenal sebagai "Kota Seribu Kelenteng" karena keragaman budaya dan etnisnya, terutama dengan komunitas Tionghoa yang besar. Salah satu tradisi menonjol di kota ini adalah ritual Tatung yang menjadi bagian dari perayaan Cap Go Meh, di mana individu dipercaya menjadi perantara antara dunia manusia dan dunia roh. Meskipun ritual ini memiliki nilai spiritual dan berfungsi untuk menangkal roh jahat serta menyembuhkan, pemain Tatung sering menghadapi tantangan sosial, stigma, dan tekanan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan harga diri pada pemain Tatung di Singkawang, yang memiliki elemen budaya ekstrem dan spiritual. Pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi digunakan untuk memahami pengalaman subjektif tiga partisipan yang mewarisi peran Tatung secara turun-temurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga partisipan memiliki harga diri yang baik saat ini, meski pada awalnya 2 dari 3 partisipan harus menjalani berbagai progress dalam meningkatkan harga diri mereka. Berbeda dengan yang satunya, partisipan tersebut sejak awal sudah memiliki harga diri yang baik disebabkan dukungan yang kerap diterima sejak awal berpartisipasi.